Tugaas Makalah IPS
Tentang:
Kolonialisme dan
Imperialisme Bangsa Barat Serata Perlawanan Terhadap Imperialisme dan
Kolonialisme
Dibuat Oleh :
Radityo Yusuf W. (21)
Class: 8c
KATA PENGANTAR
Puji syukur
saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Tentang
³IPERIALISME
DAN KOLONIALISME BARAT SERTA GERAKAN
PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI ASIA ´
. Makalah ini
diajukan Sebagai salah satu tugas mata pelajaran sejarah.Tidak lupa
penulis ucapkan kepada guru mata pelajaran dan teman-teman yang
telahmemberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, olehsebab itu
penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semogasengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman. Amin.
PENULIS
Radityo Yusuf W.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar 1
Daftar isi 2
Pengertian kolonialisme dan imperialisme 2
Kolonialisme-Imperialisme Barat 3
·
Bangsa
Spanyol
·
Bangsa
Portugis
·
Bangsa
Belanda
·
Bangsa
Inggris
Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme 7
Reaksi Rakyat Indonesia 11
Gerakan sosial 16
Penyebaran agama Kristen 16
Penyebaran agama Islam 17
kolonialisme-imperialisme
Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme adalah suatu usaha untuk melakukan system permukiman
warga dari suatu Negara diluar wilayah Negara induknya atau Negara asalnya.
Pengertian Imperialisme
Imperialisme adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan
untuk mendirikan imperium atau kekaisaran.
Dibidang Ilmu Pengetahuan
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya
teori heliosentris (tata surya) oleh Nicolaus Copernicus, seorang ahli ilmu
pasti dan astronomi dari Polandia. Muncul pada tahun 1543 menjelaskan bahwa
matahari sebagai pusat dari seluruh benda-benda antariksa dan bentuk bumi
seperti bola. Pengalaman Marco Polo dari Venesia (Italia)
Di Bidang Sosial Ekonomi
1. Bangsa Portugis dan Spanyol
Bangsa Spanyol mulai
menjelajahi samudera kea rah Timur pada abad 15-16.
· Vasco da Gama (1497-1498)
· Bartholomeus Diaz (1486)
· Pedro Alvares Cabrel (1500)
· Alfonso d’Albuquerque (1505)
· Franciscus Xaverius (1550)
· Cristophorus Columbus(1492)
· Magellan – del Cano (1519)
· Ferdinand Cortez (1519)
· Francisco Pizarro (1522-1532)
2. Bangsa Inggris
Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, sekitar tahun 1607, telah
terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran dari Inggris ke Amerika
Utara. Pelaut Inggris yang terkenal adalah Sir Francis Drake (1577-1580)
3. Bangsa Belanda
Pelaut Belanda, yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman,
mengikuti jejak pelaut Eropa lainnya dalam menelusuri daerah-daerah
sepanjang pantai barat Afrika dan Asia Selatan, serta berhasil mendarat di
pelabuhan Banten pada tahun 1596. Berdirinya VOC pada tahun 1602.
4. Bangsa Perancis
Beberapa alasan penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa
adalah sebagai berikut.
a. Mencari daerah penghasil rempah-rempah secara langsung.
b. Mencari harta, serta mencari emas dan perak (gold).
c. Menyebarkan agama Nasrani (gospel).
d. Mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan.
Kolonialisme dan Imperialisme Barat di
Indonesia
Bentuk praktik Kolonialisme dan Imperialisme seperti menguasai
perdagangan secara tunggal (monopoli) dan merampas atau menjelajah suatu
negeri.
1. Bangsa Portugis Menjajah
Indonesia
Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Fransisco
Serrao mulai berlayar menuju Kepulauan Maluku. Bahkan pada tahun 1521, Antonio
de Brito diberi kesempatan untuk mendirikan kantor dagang dan beneng Santo
Paolo di Ternate sebagai tempat berlindung dari serangan musuh. Orang-orang
Portugis yang semula dianggap sebagai sahabat rakyat ternate berubah menjadi
pemeras dan musuh.
2. Bangsa Spanyol Menjelajah
Indonesia
Pelaut Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521
setelah terlebih dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore.
Bangsa Spanyol dimanfaatkan oleh rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan
rakyat Ternate. Maka pada tahun 1534, diterbitkan perjanjian Saragosa (tahun
1534) yang isinya antara lain pernyataan bahwa bangsa Spanyol memperoleh
wilayah perdagangan di Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada di
Kepulauan Maluku.
3. Bangsa Belanda Menjajah
Indonesia
Proses penjajahan bangsa Belanda terhadap Indonesia memakan waktu
yang sangat lama, yaitu mulai dari tahun 1602 sampai tahun 1942. Penjelajahan
bangsa Belanda di Indonesia, diawali oleh berdirinya persekutuan dagang Hindia
Timur atau Vereenigde Oost Indische Campagnie (VOC).
a. Masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)
Penjelajahan Belanda, Cornelisde Houtman, mendarat kali pertama
diIndonesia pada tahun 1596. Pada tahun 1598, bangsa Belanda mendarat di Banten
untuk kali kedua dan dipimpin oleh Jacob Van Neck. Upaya Inggris untuk
mengatasi persaingan dagang yang semakin kuat diantara sesame pendatang dengan
mendirikan dan menyaingi persekutuan dagang Inggris di India dengan nama East
India Company (EIC). Pada tahun 1619, kedudukan VOC dipindahkan ke Batavia
(sekarang Jakarta) dan diperintah oleh Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen
ditujukan untuk merebut daerah dan memperkuat diri dalam persaingan dengan
persekutuan dagang milik Inggris (EIC) yang sedang konflik dengan Wijayakrama
(penguasa Jayakarta) disebut sebagai “zaman kompeni”. VOC memperoleh piagam
(charter), secara umum, menyatakan bahwa VOC diberikan hak monopoli dagang di
wilayah sebelah timur Tanjung Harapan. Pada abad ke-18, VOC mengalami
kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugas dari pemerintah Belanda. Factor
penyebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut :
1) Banyaknya jumlah pegawai
VOC yang korupsi.
2) Rendahnya kemampuan VOC
dalam memantau monopoli perdagangan.
3) Berlangsungnya perlawanan
rakyat secara terus-menerus dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dan pemerintah
Belanda (saat itu republic Bataaf) mencabut hak-hak VOC. Pada tahun 1806,
terjadi perubahan politik di Eropa hingga republic Bataaf dibubarkan dan
berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja Louis Napoleon.
b. Masa Deandels (1808-1811)
Belanda
pada saat itu, mengangkat Herman Willem Daendels (1808) sebagai gubernur
jenderal Hindia Belanda. Daendels dikenal sebagai penguasa yang disiplin dank
eras sehingga mendapatkan sebutan “Marsekal Besi” atau “jenderal Guntur”.
Langkah-langkah yang ditempuh Daendels
1) Melakukan pembangunan fisik
(a) Membangun pabrik senjata.
(b) Membangun benteng pertahanan.
(c) Menarik penduduk pribumi untuk menjadi
tentara.
(d) Membangun pangkalan armada laut di Anyer dan
Ujung Kulon.
(e) Membangun jalan raya dari Anyer
(Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur) sepanjang 1.000 km, yang kemudian
terkenal dengan sebutan “Jalan Raya Daendels”.
2) Melakukan pembangunan
ekonomi
(a) Memungut pajak hasil bumi dari rakyat
(contingenten).
(b) Menjual tanah negara kepada pihak swasta
asing.
(c) Mewajibkan rakyat Priangan untuk
menanam kopi (Preanger Stelsel).
(d) Mewajibkan rakyat pribumi untuk menjual
hasil panennya kepada Belanda dengan harga murah (verplichte leverentie).
Akhirnya, pada tahun 1811, Herman Willem Daendels digantikan oleh
Gubernur Jenderal Janssens.
c. Masa Janssens
Tugas
sebagai Gubernur Jenderal, Janssens ternyata tidak secakap Daendels (baik dalam
memerintah maupun dalam mempertahankan wilayah Indonesia). Janssens ternyata
tidak siap untuk mengimbangi kekuatan dan serangan Inggris, sehingga Janssens
menyerah pada 18 September 1811 dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian di
Tuntang (Salatiga).
4. Bangsa Inggris Menjajah
Indonesia (1811-1816)
Pemerintah Inggris mulai menguasai Indonesia sejak tahun 1811
pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles (TSR) sebagai Gubernur
Jenderal di Indonesia. Ketika TSR berkuasa sejak 17 September 1811, ia telah
menempuh beberapa langkah yang dipertimbangkan, baik di bidang ekonomi, social,
dan budaya. Penyerahan kembali wilayah Indonesia yang dikuasai Inggris
dilaksanakan pada tahun 1816 dalam suatu penandatanganan perjanjian. Pemerintah
Inggris diwakili oleh John Fendall, sedangkan pihak dari Belanda diwakili oleh
Van Der Cappelen. Sejak tahun 1816, berakhirlah kekuasaan Inggris di Indonesia.
1. Masa Sistem Tanam Paksa
Pemerintah Belanda untuk menutup kekosongan kas keuangan negara,
satu di antaranya adlah dengan menerapkan aturan tanam Paksa (Cultuurstelsel).
Tanam paksa berasal dari bahasa Belanda yaitu Cultuurstelsel (system penanaman
atau aturan tanam paksa). Aturan tanam paksa di Indonesia adalah Johannes Van
Den Bosch
a. Isi Aturan Tanam Paksa
1) Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia agar
menyediakan tanah pertanian untuk cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima
bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis tanaman perdagangan.
2) Pembebasan tanah yang disediakan untuk
cultuurstelsel dari pajak, karena hasil tanamannya dianggap sebagai pembayaran
pajak.
3) Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat
menggantinya dengan bekerja di perkebunan milik pemerintah Belanda atau
dipabrik milik pemerintah Belanda selama 66 hari atau seperlima tahun.
4) Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah
pertanian untuk Culturstelsel tidak boleh melebihi waktu tanam
padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
5) Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan
akan dikembalikan kepada rakyat
6) Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen
yang bukan karena kesalahan petani seperti bencana alam dan terserang hama,
akan di tanggung pemerintah Belanda
7) Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa
kepada kepala desa
b. Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa
Tanam paksa sudah dimulai pada tahun 1830 dan mencapai
puncak perkembangannya hingga tahun 1850
Pada tahun 1860, menanam lada dihapuskan. Pada tahun 1865
dihapuskan untuk menanam nila dan the. Tahun 1870, hampir semua jenis tanaman
yang ditanam untuk tanam paksa dihapuskan, kecuali tanaman kopi. Pada tahun
1917, tanaman kopi yang diwajibkan didaerah Prianganjuga dihapuskan.
c. Dampak Aturan Tanam Paksa
d. Reaksi terhadap Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa
Antara tahun 1850-1860, terjadi perdebatan. Kelompok yang
menyetujui terdiri dari pegawai-pegawai pemerintah dan pemegang saham
perusahaan Netherlandsche
handel maatsschappij (NHM).
Pihak yang menentang terdiri atas kelompok dari kalangan agama dan rohaniawan
Pada tahun 1870, perekonomian Hindia Belanda (Indonesia)
mulai memasuki zaman liberal hingga tahun 1900.
2. Masa Liberalisme
Politik Pintu Terbuka di Indonesia berlangsung antara tahun
1870 hingga tahun 1900, periode ini disebut sebagai zaman berpaham kebebasan
(liberalisme). Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan peraturan seperti
Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) dan Undang-undang Gula (Suiker
Wet)
a. Undang-undang Agararia (Agrarische
Wet)
Undang Agraria berisi pernyataan bahwa semua tanah yang
terdapat di Indonesia adalah milik pemerintah Hindia Belanda
b. Undang-Undang Gula (Suiker wet)
Undang-undang gula berisi pernyataan bahwa hasil tanaman
tebu tidak boleh diangkut ke luar wilayah Indonesiadan hasil panen tanaman tebu
harus di proses di pabrik-pabrik gula dalam negeri
Pada akhir abad ke-19, ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia semakin maju, termasuk kemajuan dibidang kesehatan.
Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme
Barat di
Berbagai Daerah di Indonesia.
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar
abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan
bangsa Belanda yang dipimpin Cornelis
de Houtmen pada tahun 1596, untuk
mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.
1. Perlawanan Rakyat terhadap Portugis
Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dank e
Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.
a. Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuqauerque menyerang Kerajaan Malaka. Untuk
menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami
kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun
1527, armada Demak di bawah pimpinan Falatehan dapat menguasai Banten,Suda
Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Falatehan dan ia
kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Jakarta)
b. Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut
gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah
menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629.
c. Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku pada tahun
1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Tertnate
merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh
keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh
rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat
Ternate yang dipimpin oleh Sultan
Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun
dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang
kemudian bermukim di Pulau Timor
2. Perlawanan Rakyat terhadap Belanda (VOC)
Persekutuan dagang Hindia Timur milik pemerintah Belanda di
Indonesia adalah Vereenigde
oost Indische Compagnie (VOC)
yang berdiri tahun 1602.
a. Perlawanan Rakyat Mataram
1) Perlawanan Rakyat Mataram Pertama
Dilakukan pada bulan Agustus 1628 yang dipimpin oleh Tumenggung
Bahurekso.
2) Perlawanan Rakyat Mataram Ke dua
Dilaksanakan tahun 1629 dan dipimpin oleh Dipati Puger dan
Dipati Purbaya. Pasukan Mataram tetap menyerbu Batavia dan berhasil
menghancurkan benteng Hollandia, dilanjutkan ke benteng Bommel tetapi belum
berhasil.
3) Perlawanan Trunojoyo
Sultan Agung Hanyakrakusuma wafat pada tahun 1645,
kedudukannya digantikan oleh putranya yang bergelar Susuhunan Amangkurat I.
tahun 1674 meletuslah pemberontakan rakyat yang dipimpin oleh Trunojoyo, putra
Bupati Madura. Trunojoyo mendapat dukungan dari para pengungsi Makassar yang
dipimpin Karaeng Galesong dan Montemarano mengakibatkan Amangkurat I terdesak
dan melarikan diri untuk meminta bantuan kepada Belanda. Meninggal dunia di
Tegalwangi (dekat kota Tegal). 1677, putra mahkota naik tahta sebagai raja
Mataram dengan gelar Amangkurat II. Perjanjian kepada Belanda berupa Bandar di
Semarang, hak perdagangan yang luas, seluruh daerah di Jawa Barat, disebelah
selatan Batavia, dan pembayaran semua ongkos perang dengan jaminan beberapa
Bandar di pantai utara pulau Jawa. Setelah Trunojoyo tertangkap dan dijatuhi
hukum mati (tahun 1679), Kerajaan Mataram selalu mendapat pengaruh dari
pemerintah Hindia Belanda.
4) Perlawanan Untung Suropati
Untung Suropati adalah putra Bali yang menjadi prajurit
kompeni di Batavia antara tahun 1686 sampai 1706, Untung Suropati dan
kawan-kawannya menyingkir ke Mataram dan bekerja sama dengan Sunan Mas atau
Amangkurat III untuk melakukan perlawanan terhadap Kompeni Belanda (VOC) dan
dinobatkan menjadi Adipati dengan gelar Aria Wiranegara. Kekuasaan Untung
Suropati meliputi Blambangan, Pasuruan, Probolinggo, Bangil, Malang, dan
Kediri. 1705, Kompeni Belanda secara sepihak mengangkat pangeran Puger sebagai
Sunan Pakubuwana I untuk menggantikan Amangkurat III atau Sunan Mas bergabung
dengan Untung Suropati. 1706, wilayah pertahanan Untung Suropati diserbu oleh
Kompeni Belanda. Untung Suropati gugur di Bangil dan Amangkurat III atau Sunan
Mas tertangkap, diasingkan ke Sri Langka.
5) Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said
Tahun 1749, Pangeran Mangkubumi (adik dari Pakubuwana II)
bekerjasama dengan Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) melakukan perlawanan
terhadap pakubuwana II dan VOC. 1749, Pangeran Mangkubumi meninggalkan istana
dan membentuk pasukan untuk melakukan perlawanan terhadap Pakubuwana II dan
Kompeni Belanda (VOC), mengalahkan pasukan kompeni. Pada tahun 1751, pasukan
kompeni yang dipimpin Mayor De Clerx, dapat dihancurkan. Perlawanan Mangkubumi
dan Mas Said diakhiri dengan Perjanjian Giyanti (tahun 1755) dan Perjanjian
Salatiga (tahun 1757).
b. Perlawanan Rakyat Banten
Perlawanan rakyat Banten dibangkitkan oleh Abdul Fatah
(Sultan Ageng Tirtayasa) dan putranya Pangeran Purbaya. Tahun 1659, perlawanan
rakyat Banten mengalami kegagalan. 1683, VOC menerapkan politik domba (devide
et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yang bernama
Sulatan Haji. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng
Tirtayasa menghasilkan kompensasi. 1750, terjadi perlawanan rakyat banten
terhadap Sultan Haji.
c. Perlawanan Rakyat Makassar
Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh
Kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makassar.
Kerajaan Makassar, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintah Sultan
Hasanuddin tahun 1654-1669. Abad ke-17 Makassar menjadi pesaing berat bagi
Kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Setelah
mendapatkan berdagang, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu
mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin. Pertempuran antara rakyat
Makassar dengan VOC terjadi. Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada
tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi
pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan.
Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan
Raja Bone (Aru Palaka) dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang
dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Aru Palaka mendarat din
Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap
Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin.
Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian
perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.
Factor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah
keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru
Palaka. Membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan
terhadap VOC.
d. Perlawanan rakyat Maluku
Terjadi di Tidore
1) Perlawanan di Ternate
Pertama pada tahun 1635 yang dipimpin oleh Kakiali. 1646 kembali terjadi perlawanan rakyat
Ternate terhadap VOC, yang dipimpin oleh Telukabesi. Pada tahun 1650, rakyat Ternate yang
dipimpin oleh Saidi mengalami kegagalan.
2) Perlawanan di Tidore
Tidore dipimpin oleh Kaicil
Nuku atau Sultan Nuku. Perlawanan fisik dan perundingan
berhasil mengusir Belanda, mengusir Kolonial Inggris dari Tidore.
3) Perlawanan oleh Patimura
Bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua
yang dipimpin oleh Thomas
Mattulessy atau Kapitan
Pattimura. Benteng kompeni Duurstede di Saparua diserbu dan
direbut rakyat Maluku. Meluas hingga ke Ambon dan ke pulau–pulau sekitarnya,
dikuasai oleh Kapitan Pattimura, Anthony Rybok, Paulus-paulus Tiahahu, Martha
Christina Tiahahu, Latumahina, Said Perintah dan Thomas Pattiwael, kewalahan
perlawanan rakyat Pattimura pada tahun 1817 mendantangkan pasukan Kompeni dari
Ambon yang dipimpin oleh kapten Lisnet.
Oktober 1817, menyerang rakyat Maluku secara besar-besaran,
menangkap Kapitan Pattimura (tahun 1817) dihukum mati pada tanggal 16 Desember
1817.
Reaksi-reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Kolonialisme
Belanda dalam Bentuk Perang Besar
a. Perang Padri (1821-1837)
Terjadi di Sumatera Barat atau di tanah Minangkabau.
Perselisihan antara kaum Padri dengan kaum Adat yang kemudian mengundang campur
tangan pihak Belanda.
Perang Padri pertama (tahun 1821-1825) dan perang Padri
kedua (tahun 1830-1837)
1) Perang Padri Pertama
Di kota Lawas, berkembang ke daerah lainnya seperti Alahan
Panjang. Kaum Padri dipimpi oleh Datok
Bandaro bertempur melawan kaum
Adat yang dipimpin oleh Datuk
Jati.Setelah Datuk Bandaro meninggal dunia, pucuk pimpinan dipegang oleh Malim Basa (Tuanku Imam Bonjol) dan dibantu oleh Tuanku Pasaman,
Tuanku Nan Renceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Gapuk. Tahun 1821, kaum
Padri menyerbu pos Belanda di semawang dan mengacaukan kedudukan Belanda di
daerah Lintau. Belanda membangun benteng nama Firt
van der Capllen. Tahun 1822 didaerah Baso terjadi pertempuran antara
Pasukan Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh. 1823 terjadipertempuran
lagi di Bonio dan Agam. Belanda dapat merebut benteng pertahanan kaum Padri.
1825, kedudukan Belanda mulai sulit karena harus berhadapan dengan kaum Padri
dan juga harus menghadapi pasukan Diponegoro.
November 1825, Belanda dan Kaum Padri menandatangani
perjanjian damai yang berisi tentang pengakuan Belanda atas beberapa daerah
sebagai wilayah kaum Padri dan untuk sementara peperangan gelombang pertama
berakhir.
2) Perang Padri Gelombang ke Dua
1829, di daerah pariaman. 1830, kaum Adat mulai banyak membantu
kaum Padri dan kedua kaum tersebut menyadari bahwa perlunya kerja sama. Perang
antara rakyat Minangkabau melawan penjajah Belanda.
1831, penyerangan terhadap belanda di daerah Muarapalam. 1832,
dipimpin oleh Tuanku Nan Cerdik dan Tuanku
Imam Bonjol melakukan penyerangan
pos Belanda di Mangopo. 1833, terjadi pertempuran besar di daerah Agam. 1834 hingga
tahun 1835, pemerintah Belanda mulai mengepung benteng Bonjol. Tahun 1837,
pasukan Belanda melakukan penyerangan terhadap benteng Bonjol. Pada tanggal 25
Oktkober 1837, benteng pertahanan Kota Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Imam
Bonjol diasingkan ke Cianjur, kemudian dipindahkan ke Minahasa hingga wafat
dann dimakamkan di Pineleng.
b. Perang Diponegoro
Di lingkungan istana terdapat golongan yang memihak Belanda,
banyak juga yang menentang Kolonial Belanda, seperti Pangeran Diponegoro (putra Sultan Hamengku Buwono III).
Kecurigaan yang berlebihan ini pada akhirnya menimbulkan permusuhan dan
peperangan yang disebut perang Diponegoro.
1) Penyebab Umum Perang Diponegoro
a. Semakin menderitanya
rakyat akibat kerja rodi dan berbagai macam pajak
b. Semakin sempitnya wilayah
Kerajaan Mataram akibat dikuasai Belanda.
c. Selalu ikut campurnya
Belanda dalam urusan pemerintahan Kerajaan Mataram.
d. Masuknya budaya barat ke
dalam keraton yang bertentangan dengan ajaran agama.
e. Kecewanya kaum
bangsawan akan aturan Van der
Capellen yang melarang usaha
perkebunan swasta di wilayah Kerajaan Mataram.
f. Munculnya pejabat
Kerajaan Mataram yang membantu pihak Belanda demi keuntungan pribadi.
2) Penyebab Khusus Perang Diponegoro
Dipengaruhi oleh persoalan pribadi. Terjadi pada tahun 1825,
tindakan sewenang-wenang Belanda yang telah memasang tonggak untuk membangun
jalan raya yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin. Perang
antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda dibantu oleh Kasunanan Surakarta,
Mangkunegaran, dan Kesultanan Yogyakarta.
Menggungakann strategi atau siasat perang gerilya, pusat
pertahanan yang selalu berpindah-pindah seperti di Gua Selarong, Dekso, lereng
Gunung Merapi, dan Bagelan(Purworejo). Terbukti bahwa pada tahun 1825 sampai
1826, pasukan diponegoro memperoleh kemenangan hingga dapat merebut daerah
Pacitan, Purwodadi, dan Klaten.
Penggungaan sistem Benteng Stelsel oleh Belanda mempersulit
pergerakan pasukan Diponegoro dan hubungan komunikasi antar pasukan. Pada tahun
1828, Kiai Mojo bersedia untuk diajak berunding oleh pihak Belanda namun gagal
dan justru ia ditangkap dan diasingkan ke Minahasa sampai wafat pada tahun
1849. Jendral De Kock mengajak berundingSentot Alibasa Prawirodirjo, Tetapi selalu mengalami kegagalan.
Pada tahun 1829, Sentot Alibasa Prawirodirjo menyerah, ia dituduh memihak kaum
Padri sehingga akhirnya ia diasingkan ke Cianjur dan kemudian dipindahkan
ke Bengkulu hingga wafat pada tahun 1855.
Pangeran Mangkubumi menyerah pada tahun 1829 dan putranya
sendiri yang bernama Dipokusumo beserta patihnya menyerah pula pada tahun 1830.
Jendral de kock ditanggapi positif oleh Pangeran Diponegoro dan disepakati
bersama bahwa perundingan akan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 1830 di kota
Magelang. Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang dan Batavia kemudian
diasingkan lagi ke Manado. Ia kembali dipindahkan ke Makassar hingga wafat pada
tanggal 8 januari 1855
c. Perlawanan rakyat Aceh (1873-1904)
Aceh merupakan salah satu kerajaan di Indonesia yang kuat dan
masih tetap bertahan hinga abad ke-19. berdasarkan Traktat London tahun 1824 bangsa Inggris dan
Belanda yang sudah pernah berkuasa di Indonesia harus saling sepakat untuk
menghormati keberadaan kerajaan Aceh.
Berdasarkan Perjanjian (Taktat) Sumatera tahun 1871 atau yang
lebih dikenal dengan Traktat
London ke-3, pihak Inggris melepas tuntutannya terhadap daerah Aceh. Kerajaan
Aceh berusaha mencari bantuan ke Turki serta menghubungi Kedutaan Italia dan
Kedutaan Amerika Serikat di Singapura. Sementara bantuan dari Turki belum
datang, pada bulan Maret 1873, perangnya ke Kutaraja atau Banda Aceh di bawah
pimpinan Jendral Kohler, berusaha merebut dan menduduki ibu
kota dan Istana Kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh berhasil, tetapi dalam pertempuran
tersebut Jendral Kohler tewas tertembak. Mengawali
terjadinya perang Aceh yang berkepanjangan mulai tahun 1873 sampai 1904.
pasukan Belanda melaksanakan operasiKonsentrasi Stelsel sambil menggertak para pemimpin
Aceh agar menyerah. Beberapa pimpinan utama Aceh seperti Teuku Cik Di Tiro, Cut
Nya’ Din, Panglima Polim, dan Cut Meutia (bersama-sama dengan rakyat Aceh)
untuk melancarkan serangan umum.
Pada bulan Desember 1873, Belanda mengirim pasukan perang ke Aceh
dengan kekuatan 8.000 personil dibawah pimpinan Mayor Jendral Van Swiesten. Akan tetapi upaya Belanda untuk
menawan Sultan Mahmud Syah belum berhasil karena Sultan beserta
para pejabat kerajaan telah menyingkir ke Luengbata. Setelah Sultan Mahmud Syah
meninggal karena sakit, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Daudsyah.
Setelah Teuku
Cik Di Tiro sebagai
pemimpin utama Aceh Wafat. Pucuk pimpinan dilanjutkan oleh Teuku Umar dan Panglima
Polim. Pada tahun 1893, Teuku Umar beserta pasukannya memanfatkan kelengahan
Belanda dengan tujuan mendapatkan senjata. Disambut baik dan mendapat gelar Teuku Johan pahlawan. Pada tahun 1896, Teuku Umar bergabung
kembali dengan rakyat Aceh dengan membangun markas pertahanan Meulaboh.
Peristiwa Teuku Umar yang berhasil menyiasati Belanda
dipandang sebagai kesalahan besar Deykerhoff sebagai gubernur militer. Digantikan
oleh Jendral Van Heutsz. Belanda memeberi tugas kepada Dr. Snock Hurgronje untuk menyelidiki perilaku
masyarakat Aceh. Dr. Snock Hurgronje dalam
menjalankan tugasnya menggunakan nama smaran, yaitu Abdul gafar.
Untuk mengalahkan Aceh, lebih cepat dan tepat, Belanda
menggunakan Strategi sebagai berikut :
1. menghancurkan dan menangkap
seluruh pemimpin dan ulama dari pusat
2. membentuk pasukan gerak cepat (marschose
marechausse)
3. semua pemimpin dan ulama yang
tertangkap harus menandatangani perjanjian
4. setelah melakukan operasi
militer, Belanda mengikuti kegiatan perdamaian rehabilitasi (pasifikasi)
5. bersikap lunak terhadap para
bangsawan.
Atas usulan Dr. Snock Hurgronje, pemerintah Belanda memberi
tugas kepda Jendral militer Van
Heutsz. Pada tahun 1899, pasukan
gerak cepat pimpinanVan Heutsz, is gugur pada tahun 1899. dilanjutkan oleh
istrinya Cut Nya’ Din, tetapi kemudian tertangkap dan diasingkan ke Sumedang
hingga akhir hayatnya.
Belanda menyandera keluarga raja dan keluarga Panglima
Polim. Perlawanan Aceh berikutnya dilanjutkan oleh Cut Meutia, tetapi
perlawanan ini dapat dipadamkan dan pada tahun 1904 perang Aceh dinyatakan
berakhir.
d. Perlawanan rakyat Bali
Keinginan Belanda untuk menguasai Bali dimualai sejak tahun 1841
dan seluruh raja di Bali dipaksa menandatangani perjanjian yang isinya agar
raja di Bali mengakui dan tunduk kepada pemerintah Belanda.
Keinginan Belanda untuk menguasai Bali selalu tidak berhasil
karena Bali masih bersifat konservatif (masih berlaku adat/ tradisi). Pada
tahun 1844, kapal Belanda terdampar di pantai Buileleng dan dikenakan hukum
tawan karang, yaitu selalu turut campur urusan kerajaan di Bali dengan
mengajukan tuntutan dengan isi sebagai berikut.
1) Membebaskan Belanda dari
hukum Tawan Karang.
2) Kerajaan Bali mengakui
pemerintahan Hindia Belanda.
3) Kerajaan Bali melindungi
perdagangan milik pemerintah Belanda.
4) Semua raja di bali harus
tunduk terhadap semua perintah colonial Belanda.
5) Sehingga pada tahun 1846
Belanda menyerang wilayah Bali Utara dan memaksa
Raja Buleleng untuk
menandatangani perjanjian perdamaian
1) Benteng Kerajaan Buleleng
agar dibongkar.
2) Pasukan Belanda ditempatkan
di Buleleng.
3) Biaya perang harus
ditanggung oleh Raja Buleleng.
Pada tahun 1848, raja-raja di Bali tidak lagi mematuhi
kehendak Belanda. Pos-pos pertahanan Belanda di Bali diserbu dan semua senjata
dirampas oleh gusti Jelantik. Pada tahun 1849, pasukan belanda datang dari
Batavia untuk menyerbu dan menguasai seluruh pantai Buleleng dan menyerbu
benteng Jagaraga. Sejak runtuhnya Kerajaan Buleleng, perjuangan rakyat Bali
mulai lemah. Meskipun demikian, Kerajaan Karangasem dan Klungkung masih
berusaha melakukan perlawanan terhadap Belanda.
e. Perlawanan Rakyat Palembang
(1819-1825)
Sultan Badaruddin dahulu
pernah menjadi Sultan Palembang dan kemudian diturunkan secara paksa oleh
pemerintah Inggris ketika masih berkuasa di Indonesia yaitu digantikan oleh
Sultan Najamuddin. Tahun 1819 Sultan Badaruddin selalu menghalangi setiap kapal
Belanda yang memasuki sungai Musi. Pada tahun 1821, Belanda dapat menguasai
ibukota Palembang dan menangkap Sultan Badaruddin. Sultan Badaruddin diasingkan
ke Ternate. Perlawanan rakyat Palembang sering terjadi pada tahun 1825.
f. Perlawanan Rakyat Banjar
(1859-1863)
Yang menjadi daya tarik Belanda untuk menguasai Kalimantan
Selatan yang saat itu diperintah oleh Sultan
Hidayat. Untuk menguasai Banjarmasin adalah dengan melakukan operasi militer
pada tahun 1859. Dalam pertempuran itu, Sultan Hidayat tertangkap oleh Belanda
dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Upaya Belanda untuk menguasai Banjamasin
mengalami kesulitan rakyat berupa untuk mempertahankan wilayahnya dan setiap
kapal Belanda yang memasuki pedalaman Banjarmasin (melalui Sungai Barito) akan
dibakar oleh rakyat setempat. Pada tahun 1863, pasukan Belanda melancarkan
serangan bertubi-tubi ke seluruh wilayah Banjarmasin, sehingga Pangeran Antasari gugur.
g.
Perlawanan Rakyat Tapanuli (1878-1907)
Sekitar tahun 1873, bangsa Belanda mulai memasuki daerah Tapanuli
Utara dengan alas an memadamkan aktivitas pejuang-pejuang Padri dan para
pemimpin dari Aceh. Pada tahun 1878, Belanda mulai melancarkan gerakan
militernya untuk menyerang daerah Tapanuli, sampai pada akhirnya meletuslah
Perang Tapanuli. Perang Tapanuli yang diawali dengan operasi militer yang
dilakukan oleh Jenderal Van
Daalen di pedalaman Aceh tahun
1903-1904. Serdadu Belanda yang mulai berdatangan di daerah di Sumatera Utara
dibendung oleh rakyat Tapanuli yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.
4. Gerakan Sosial
a. Gerakan Protes Petani
Beberapa contoh gerakan protes yang terjadi di berbagai
daerah,
1) Pemberontakan
di Ciomas, lereng Gunung Salak, Jawa Barat (tahun 1886) pimpinan Arfan dan
Muhammad Idris.
2) Pemberontakan
di Condet, Jakarta (tahun 1913) pimpinan Entong Gendut, Maliki, dan Modern.
3) Pemberontakan
di Surabaya (tahun 11916) pimpinan Sadikin.
4) Pemberontakan
di Tangerang (tahun 1924) pimpinan Kaiin.
b. Gerakan Ratu Adil
Ketika Kerajaan Kediri di Jawa Timur mengalami zaman kejayaan
(1135-1157), pada masa Raja Jayabaya terkenal dengan ramalan-ramalannya yang
dikumpulkan dalam suatu kitab berjudul Jongko Jangka Jayabaya. Gerakan ratu
adil ini terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
c. Gerakan Keagamaan
Perilaku bangsa Eropa bertentangan dengan agama islam serta
kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar penduduk pribumi sebagai berikut.
1) Monopoli perdagangan
2) Perbudakan atau kerja rodi.
3) Penjelajahan atau merampas negeri.
4) Praktik aturan tanam dan
penyimpangannya.
5) Pemerasan atau penarikan pajak yang
tidak sesuai dengan kemampuan rakyat.
6) Mabuk karena minuman keras dan gaya
hidup mewah di atas penderitaan orang lain.
5. Penyebaran Agama Protestan dan Katolik Pada Masa
Kolonial
Masuk dan berkembangnya agama Katolik dan Protestan di
Indonesia sudah mulai sejak abad ke-16. Penyebaran agama dilakukan oleh para
petugas yang disebut missie ataumisionaris, sedangkan
penyebaran agama Kristen di Indonesia banyak dilakukan para petugas gereja yang
disebut zending.
a. Misionaris Portugis di Indonesia
Salah satu tujuan yang dilakukan para penjelajahan samudera adalah
menyebarkan agama nasrani (gospel). Misionaris Portugis yang dikenal
adalah Pater Fransiscus Xaverius dan Matteo Ricci. Fransiscus Xaverius adalah
seorang misionaris yang mendarat di Maluku dan menyebarkan agama Katolik antara
bulan Juni 1546 sampai April 1547.
b. Zending Belanda di Indonesia
Pada zaman Belanda, para petugas/penyebar agama Kristen (zending)
menyebarkan agama Protestan di Indonesia. Sebagai bentuk pengabdian social,
para zending membangun sekolah-sekolah keagamaan
dan menerjemahkan Injil ke dalam bahasa yang dipahami oleh masyarakat setempat.
Yang berjasa menyebarkan agama Protestan antara lain Ludwig ingwer Nommensen,
Sebastian Danckaarts, Andrian Hulseb, dan Hernius menyebarkan agama Protestan di
daerah Maluku, Sangir Talaud, Timor, Tapanuli, sebagian di Pulau Jawa, serta di
Tapanuli (Sumatera Utara) pada tahun 1861.
6. Penyebaran Agama Islam Pada Masa Kolonial
Sejak
Kerajaan Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511, para pedagang Islam yang
berasal dari Gujarat dan Persia mengubah haluan dari jalur perdagangan
yang semula melalui Selat Malaka berubah menjadi Selat Sunda.
Terima Kasih informasinya (y)
BalasHapusKesimpulannya Knapa tidak di tampilakan?
BalasHapusmana bab pendahuannya ???
BalasHapus